PERKEMBANGAN
ISLAM DI INDONESIA
1.
Sejarah perkembangan Islam di Indonesia
Sejak dahulu bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa
yang ramah dan suka bergaul dengan bangsa lain. Oleh karena itu, banyak bangsa
lain yang datang ke wilayah Nusantara
untuk menjalin hubungan dagang. Ramainya
perdagangan di Nusantara yang melibatkan para pedagang dari berbagai negara
disebabkan melimpahnya hasil bumi dan letak Indonesia pada jalur pelayaran dan
perdagangan dunia. Pada sekitar abad ketujuh, Selat Malaka telah dilalui oleh
pedagang Islam dari India, Persia, dan Arab dalam pelayarannya menuju
negara-negara di Asia Tenggara dan Cina. Melalui hubungan perdagangan tersebut,
agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad kesembilan,
orang-orang Islam mulai bergerak mendirikan perkampungan Islam di Kedah
(Malaka), Aceh, dan Palembang.
Waktu kedatangan Islam di Indonesia masih ada
perbedaan pendapat. Sebagian ahli menyatakan bahwa agama Islam itu masuk ke
Indonesia sejak abad ke-7 sampai dengan abad ke-8 Masehi. Pendapat itu
didasarkan pada berita dari Cina zaman Dinasti T’ang yang menyebutkan adanya
orang-orang Ta Shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang
Ho Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674).
Sebagian ahli yang lain menyatakan bahwa Islam masuk
ke Indonesia baru abad ke-13. Pernyataan ini didasarkan pada masa runtuhnya
Dinasti Abbassiah di Bagdad (1258). Hal itu juga didasarkan pada berita dari
Marco Polo (1292), berita dari Ibnu Batuttah (abad ke-14), dan Nisan Kubur
Sultan Malik al Saleh (1297) di Samudera Pasai. Pendapat itu diperkuat dengan
masa penyebaran ajaran tasawuf. Sebenarnya kita perlu memisahkan pengertian
proses masuk dengan berkembangnya agama Islam di Indonesia, seperti berikut:
1. masa
kedatangan Islam (kemungkinan sudah terjadi sejak abad ke-7 sampaidengan abad
ke-8 Masehi);
2. masa
penyebaran Islam (mulai abad ke-13 sampai dengan abad ke-16 Masehi, Islam
menyebar ke berbagai penjuru pulau di Nusantara);
3. masa
perkembangan Islam (mulai abad ke-15 Masehi dan seterusnya
melaluikerajaan-kerajaan Islam).
Terdapat berbagai pendapat pula mengenai negeri asal
pembawa agama serta kebudayaan Islam ke Indonesia. Ada yang mengatakan bahwa
kebudayaan dan agama Islam datang dari Arab, Persia, dan India (Gujarat dan
Benggala). Akan tetapi, para ahli menitikberatkan bahwa golongan pembawa Islam
ke Indonesia berasal dari Gujarat (India Barat). Hal itu diperkuat dengan
bukti-bukti sejarah berupa nisan makam, tata kehidupan masyarakat, dan budaya
Islam di Indonesia yang banyak memiliki persamaan dengan Islam di Gujarat.
a. Teori Mekah
Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke
Indonesia adalah langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada
abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini
adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama
sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun
1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam
Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat
yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan
terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka
penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia.
Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang
diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum
pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia.
b. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam
ke Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat
ini terletak di India bagain barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh yang
menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana
pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas
Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah
bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang
menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab
langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke
dunia timur, termasuk Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel
ini diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck
Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota
pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka
hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam
pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya.
Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang
menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan namanya.
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P.
Moquetta (1912).
c. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam
ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari
teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam
memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada
kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan
Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau
Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi
Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di
Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang
ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak
kesamaan. Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori
Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang
dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat
Islam Indonesia menganut mahzab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.
d. Teori Cina
Teori Cina
mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat
Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha,
etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia—terutama
melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7
M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam
bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti
Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian
selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.
Ø Proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan
Islam di Indonesia:
berlangsung
secara bertahap dan dilakukan secara damai sehingga tidak menimbulkan
ketegangan sosial. Cara penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia
melalui berbagai saluran berikut ini.
1. Saluran
Perdagangan
Saluran yang digunakan dalam proses islamisasi di
Indonesia pada awalnya melalui perdagangan. Hal itu sesuai dengan perkembangan
lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad ke-7 sampai
dengan abad ke- 16, antara Eropa, Timur Tengah, India, Asia Tenggara, dan Cina.
Proses islamisasi melalui saluran perdagangan ini
dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan Hindu pada saat itu, yaitu
adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pemerintah
pusat di Majapahit. Pedagang-pedagang muslim itu banyak menetap di kota-kota
pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim. Salah satu contohnya adalah
Pekojan.
2. Saluran
Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah
menetap makin baik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi
keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi gadis-gadis
setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak mengalami
kesulitan. Saluran islamisasi lewat perkawinan ini lebih menguntungkan lagi
apabila para saudagar atau ulama Islam berhasil menikah dengan anak raja atau
adipati. Kalau raja atau adipati sudah masuk Islam, rakyatnya pun akan mudah
diajak masuk Islam.
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur
dengan mistik dan hal-hal magis. Oleh karena itu, para ahli tasawuf biasanya
mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan menyembuhkan. Kedatangan
ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa
perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah
beragama Islam.
Bersamaan dengan perkembangan tasawuf, para ulama
dalam mengajarkan agama Islam di Indonesia menyesuaikan dengan pola pikir
masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah
dimengerti. Itulah sebabnya, orang Jawa begitu mudah menerima agama Islam.
Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal, antara lain Hamzah Fansyuri, Syamsuddin as
Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar,
dan Sunan Panggung.
4.
Saluran
Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam yang paling tua adalah
pesantren. Murid-muridnya (santri) tinggal di dalam pondok atau asrama dalam
jangka waktu tertentu menurut tingkatan kelasnya. Pengajarnya adalah para guru
agama (kiai atau ulama). Para santri itu jika sudah tamat belajar, pulang ke
daerah asal dan mempunyai kewajiban mengajarkan kembali ilmunya kepada
masyarakat di sekitar. Dengan cara itu, Islam terus berkembang memasuki
daerah-daerah terpencil.
5.
Saluran Seni
Budaya
Berkembangnya agama Islam dapat melalui seni budaya,
misalnya seni bangunan (masjid), seni pahat (ukir), seni tari, seni musik, dan
seni sastra. Seni bangunan masjid, mimbar, dan ukir-ukirannya masih menunjukkan
seni tradisional bermotifkan budaya Indonesia–Hindu, seperti yang terdapat pada
candi-candi Hindu atau Buddha. Hal itu dapat dijumpai di Masjid Agung Demak,
Masjid Sendang Duwur Tuban, Masjid Agung Kasepuhan Cirebon, Masjid Agung
Banten, Masjid Baiturrahman Aceh, dan Masjid Ternate. Pintu gerbang pada
kerajaan Islam atau makam orang-orang yang dianggap keramat menunjukkan bentuk
candi bentar dan kori agung.
Islamisasi juga dilakukan melalui pertunjukkan wayang
yang telah dipoles dengan unsur-unsur Islam. Menurut cerita, Sunan Kalijaga
juga pandai memainkan wayang. Islamisasi melalui sastra ditempuh dengan cara
menyadur buku-buku tasawuf, hikayat, dan babad ke dalam bahasa pergaulan
(Melayu).
6.
Saluran Dakwah
Gerakan penyebaran Islam di Jawa tidak dapat
dipisahkan dengan peranan Wali Songo. Istilah wali adalah sebutan bagi
orang-orang yang sudah mencapai tingkat pengetahuan dan penghayatan agama Islam
yang sangat dalam dan sanggup berjuang untuk kepentingan agama tersebut. Oleh
karena itu, para wali menjadi sangat dekat dengan Allah sehingga mendapat gelar
Waliullah (orang yang sangat dikasihi Allah). Sesuai dengan zamannya, wali-wali
itu juga memiliki kekuatan magis karena sebagian wali juga merupakan ahli
tasawuf.
Ø Cara masuknya Islam di Indonesia
Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang bertepatan dengan abad ke-1
atau ke-2 H. Rute yang dilewati adalah jalur Utara dan Selatan.
Jalur
Utara, dengan rute :Arab
(Mekah dan Madinah) meliputi ; Damaskus – Bagdad – Gujarat – Srilangka –
Indonesia
Jalur Selatan, dengan rute : Arab (Mekah dan
Madinah) meliputi ; Yaman – Gujarat – Srilangka – Indonesia
Ø Perkembangan Islam di Indonesia
A. Perkembangan Islam di Sumatera
Daerah
Pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah Sumatera bagian
Utara, seperti Pasai dan Perlak. Karena wilayah Pasai dan Perlak letaknya di
tepi selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dari India ke Cina.
Para pedagang dari India, yakni bangsa
Arab, Persia dan Gujarat yang juga para mubalig Islam banyak yang menetap di
bandar-bandar sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah dengan wanita-wanita
pribumi yang sebelumnya telah diislamkan, sehingga terbentuklah
keluarga-keluarga Muslim. Para mubalig pada waktu itu juga berdakwa kepada para
Raja-raja kecil, ketika raja tersebut masuk Islam, rakyatnya pun banyak yang
ikut masuk Islam sehingga berdirilah kerajaan Islam pertama, yaitu Kerajaan
Samudera Pasai. Seiring dengan kemajuan Samudera Pasai yang sangat pesat,
perkembangan agama Islampun mendapat perhatian dan dukungan penuh dan para
ulama serta mubalignya menyebar ke seluruh nusantara.
B. Perkembangan Islam di Jawa
Masuknya Islam di Pulau Jawa pada awalnya
dibawa oleh pedagang muslim setelah berdirinya kerajaan Malaka yang mencapai
punjak kejayaannya pada asa Sultan Mansursah. Wilayah perdagangannya sangat
luas sampai ke Demak, Jepara, Tuban dan Giri. Melalui hubungan perdagangan
tersebut, akhirnya masyarakat Jawa mengenal Islam.
Selanjutnya, perkembangan Islam di
Pulau Jawa banyak dilakukan oleh para Adipati dan Para Wali yang dikenal dengan
sebutan “Walisongo” , yaitu Maulana Malik Ibrahim, Raden Ampel, Sunan Giri,
Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kududs, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan
Sunan Gunung Jati. Dengan meluasnya wilayah kekuasaan kerajaan Demak,
perkembangan Islam di Pulau Jawa juga menjadi sangat luas, bahkan sampai ke
Banten, Jakarta, Cirebon, dan daerah Jawa Barat lainnya.
C. Perkembangan Islam di Sulawesi
Masuknay Islam di Sulawesi, tidak
terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu karena sunan Giri
melaksanakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari luar pulau Jawa,
seperti Ternate, dan Situ. Di samping itu, beliau mengirimkan murid-muridnya ke
Madura, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara.
Pada abad ke-16, di Sulawesi Selatan
telah berdiri kerajaan Hindu Gowa dan Tallo. Penduduknya banyak yang memeluk
agama Islam karena hubungannya dengan kesultanan Ternate. Pada tahun 1538, Pada
masa Pemerintahan Somba Opu, kerajaan Gowa dan Tallo banyak dikunjungi oleh
pedagang Portugis. Selain untuk berdagang, mereka juga bermaksud untuk
mengembangkan agama katolik. Akan tetapi, Islam telah lebih dahulu berkembang
di daerah itu.
D. Perkembangan Islam di Kalimantan
Pada abad XVI, Islam memasuki daerah
kerajaan Sukadana. Bahkan pada tahun 1590, kerajaan Sukadan resmi menjadi Giri
Kusuma. Sunan Giri digantikan oleh putranya Sultam Muhammad Syarifuddin. Beliau
banyak berjasa dalam mengembangkan agama Islam karena bantuan seorang mubalig
bernama syaikh Syamsuddin. Sebagai Mubalig, mereka tidak menyia-nyiakan waktu
untuk berdakwa. Islam akhirnya dapat memasuki kerajaan Kutai dan tersebar di
Kalimantan Timur pada permulaan abad XVI M.
E. Perkembangan Islam di Maluku dan sekitarnya
Penyebaran Islam di Maluku tidak
terlepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang berasal dari Ternate dan Hitu.
Islam sudah dikenal di Ternate sejak abad ke-15. Pada saat itu, hubungan dagang
dengan Indonesia barat, khususnya dengan Jawa berjalan dengan lancar. Selain
berdagang, para pedagang juga melakukan dakwah.
Selain Islam masuk dan berkembang di
Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam Maluku,
para pedagang, dan para mubalignya.
Ø Manfaat yang dapat diambil dari sejarah
perkembangan Islam di Indonesia, antara lain :
a. Mengetahui dan memahami sejarah
perkembangan Islam di Indonesia
b. Mengetahui dan memahami perkembangan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
c. Menjadi cermin untuk memacu kehidupan
yang lebih baik
d. Mempelajari sejarah agar dapat
melakukan perubahan yang lebih baik
e. Menghargai kerja keras para pahlawan
bangsa
f. Kehadiran para pedagang Islam yang
telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi Nusantara turut
memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang
sudah ada di nusantara ini.
g. Hasil karya para ulama yang berupa buku
sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
h. Kita dapat meneladani Wali Songo telah
berhasil dalam hal-hal seperti berikut :
1.
Menjadikan masyarakat
gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
2.
Mampu membangun
masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga ke
seluruh pelosok Nusantara.
3.
Mampu memanfaatkan
peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa
makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
4.
Seorang ulama atau
ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku yang penuh
keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi
berikutnya.
5.
Para ulama dan umara
bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak
sebanding.
6.2 Menampilkan contoh perkembangan Islam di Indonesia
Kerajaan Islam yang berkembang di
Indonesia
Ø Kerajaan Samudra
Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan
kerajaan Islam yang pertama kali berdiri di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai
yang terletak di Lhokseumawe berdiri pada abad ke-13. Raja pertama Samudra
Pasai adalah Sultan Malik Al Saleh yang memerintah hingga tahun 1297.
Sepeninggal Sultan Malik Al Saleh,
Samudra Pasai diperintah oleh Sultan Malik Al Tahir. Pada masa pemerintahannya
Samudra Pasai berkembang menjadi daerah perdagangan dan penyebaran Islam.
Banyak pedagang muslim Arab dan Gujarat
yang tinggal di Samudra Pasai sehingga Samudra Pasai berperan besar dalam
penyebaran agama Islam di Indonesia
Perkembangan Kerajaan Samudra Pasai
didorong beberapa faktor yaitu : Letak Samudra Pasai strategis di tepi
selat Malaka,Melemahnya kerajaan Sriwijaya yang
menyebabkan Samudra Pasai berkesempatan untuk berkembang.
Samudra pasai
selanjutnya diperintah oleh Sultan Ahmad. PADA masa ini terjalin dengan
kesultanan Dehli di India yang dibuktikan dengan kedatangan Ibnu Batutah di
Samudra Pasai tahun 1345 kerajaan Samudra Pasai akhirnya mengalami kemunduran
sepeninggal Sultan Ahmad. Hal ini disebabkan oleh terdesaknya perdagangan
Samudra Pasai oleh Malaka
Ø Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh berdiri pada awal abad
ke-16 yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah setelah berhasil melepaskan
diri dari kerajaan Pedir. Beberapa faktor yang mendorong berkembangnya kerajaan
Aceh, antara lain :Jatuhnya Malaka dalam kekuasaan Portugis tahun 1511,Letak
kerajaan Aceh sangat strategis pada jalur perdagangan internasional,Kerajaan
Aceh mempunyai pelabuhan dagang yang ramai dan menjadi pusat agama Islam.
Kerajaan Aceh akhirnya mengalami puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Wilayah
kekuasaan kerajaan Aceh bertambah luas hingga ke Deli, Nias, Bintang, Johor,
Pahang, Perah dan Kedah. Dalam upayanya memperluas wilayah ternyata diikuti
dengan upacara penyebaran agama Islam sehingga daerah-daerah yang dikuasai Kerajaan
Aceh akhirnya menganut Islam. Corak pemerintahan kerajaan Aceh memiliki ciri
khusus yang didasarkan pemerintahan sipil dan agama. Hukum adat dijalankan
berlandaskan Islam yang disebut Adat Maukta Alam.
Setelah Sultan Iskandar Muda meninggal
Aceh mengalami kemunduran karena :Tidak ada raja-raja yang mampu mengendalikan
daerah Aceh yang demikian luas,-Timbulnya pertikaian antara golongan bangsawan
(teuku) dan golongan ulama (teungku),-Timbulnya pertikaian golongan ulama yang
beraliran Syiah dan Sunnah Wal Jamaah,-Banyak daerah yang melepaskan diri
seperti Johong, Pahang, Perlak, Minangkabau dan Syiak,-Mundurnya perdagangan
karena selat Malaka dikuasai Belanda (1641)
Ø Kerajaan Demak
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden
Patah pada akhir abad 15, setelah berhasil melepaskan diri dari pengaruh
kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama yang
berdiri di Pulau Jawa.
Pada masa pemerintahan Raden Patah,
Demak mengalami perkembangan pesat. Faktor-faktor pendorong kemajuan kerajaan
Demak adalah : Runtuhnya kerajaan Majapahit,- Letak Demak strategis di daerah pantai
sehingga hubungan dengan dunia luar menjadi terbuka.- Pelabuhan Bergota di Semarang merupakan
pelabuhan ekspor impor yang sangat penting bagi Demak,-Demak memiliki sungai sebagai penghubung
daerah pedalaman
Kerajaan Demak dengan bantuan wali
sanga berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa pada masa inilah
Masjid Agung Demak dibangun. Ketika Malaka. Dikuasai Portugis, Demak merasa
dirugikan sehingga pasukan Demak yang dipimpin Pati Unus dikirim untuk
menyerang Portugis di Malaka tahun 1513, tetapi mengalami kegagalan. Pati Unus
kemudian terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor.
Ø Kerajaan Pajang
Kerajaan pajang didirikan oleh Joko
Tingkir yang telah menjadi raja bergelar Sultan Hadiwijaya. Pada masa
pemerintahannya, kerajaan mengalami kemajuan. Pengganti Sultan Hadiwijaya
adalah putraya bernama pangeran Benowo. Pada masa pemerintahannya, terjadi
pemberontakan Arya Pangiri (Putra Sultan Prawoto). Akan tetapi pemberontakan
tersebut dapat ditumpas oleh Sutawijaya (Putra Ki Ageng Pemanahan). Pangeran
Benowo selanjutnya menyerahkan pemerintahan Pajang kepada Sutawijaya.
Sutawijaya kemudian memindahkan pemerintahan Pajang ke Mataram.
Ø Kerajaan Mataram
Islam
Kerajaan Mataram Islam berdiri tahun
1586 dengan raja yang pertama Sutawijaya yang bergelar Panembahans Senopati
(1586-1601). Pengganti Penembahan Senopati adalah Mas Jolang (1601 – 1613).
Dalam usahanya mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam di Pantai untuk memperkuat
kedudukan politik dan ekonomi Mataram. Mas Jolang gugur dalam pertempuran di
Krapyak sehingga dikenal dengan nama Panembahan Seda Krapyak.
Kerajaan Mataram kemudian diperintah
Sultan Agung pada masa inilah Mataram mencapai puncak kejayaan. Wilayah Mataram
bertambah luas meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat
kemajuan yang dicapai Sultan Agung meliputi :
1) Bidang Politik
Sultan Agung berhasil menyatukan
kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan menyerang VOC di Batavia. Serangan Mataram
terhadap VOC dilakukan tahun 1628 dan 1929 tetapi gagal mengusir VOC. Penyebab
kegagalan antara lain :
a. Jaraknya terlalu jauh yang
mengurangi ketahanan prajurit Mataram
b. Kekurangan persediaan makanan
c. Pasukan Mataram kalah dalam
persenjataan dan pengalaman perang.
2) Bidang Ekonomi
Kerajaan Mataram mampu meningkatkan
produksi beras dengan memanfaatkan beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi
3) Bidang Sosial Budaya
Munculnya kebudayaan kejawen yang
merupakan kebudayaan asli Jawa dengan kebudayaan Islam, Sultan Agung berhasil menyusun Tarikh
Jawa, Ilmu pengetahuan dan
seni berkembang pesat, sultan Agung mengarang kita sastra Gending Nitisruti dan
Astabrata.
Sepeninggal Sultan Agung tahun 1645,
kerajaan mataram mengalami kemunduran sebab penggantinya cenderung bekerjasama
dengan VOC.
Ø Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon didirikan Fatahillahs
setelah menyerahkan Banten kepada putranya. Pada masa pemerintahan Fatahillah
(Sunan Gunung Jati) perkembangan agama Islam di Cirebon mengalami kemajuan
pesat. Pengganti Fatahillah setelah wafat adalah penembahan Ratu, tetapi
kerajaan Cirebon mengalami kemunduran. Pada tahun 1681 kerajaan Cirebon pecah
menjadi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Ø Kerajaan Makasar
Kerajaan Makasar yang berdiri pada abad
18 pada mulanya terdiri dari dua kerajaan yaitu kerajaan Gowa dan Tallo (Gowa
Tallo) yang beribu kota di Sombaopu. Raja Gowa Daeng Maurabia menjadi raja Gowa
Tallo bergelar Sultan Alaudin dan Raja Tallo Karaeng Matoaya menjadi patih
bergelar Sultan Abdullah.
Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) akhirnya
dapat berkembang menjadi pusat perdagangan yang didorong beberapa faktor,
antara lain : -Letaknya strategis yang menghubungkan
pelayaran Malaka-Jawa-Maluku,-Letaknya di muara sungai yang memudahkan lalu
lintas perdagangan antar daerah pedalaman,-Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis
yang mendorong para pedagang mencari pelabuhan yang memperjual belikan
rempah-rempah,-Kemahiran penduduk Makasar dalam bidang pelayaran dan pembuatan
kapal.
Ø Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate berdiri pada abad
ke-13 yang beribu kota di Sampalu. Agama Islam mulai disebarkan di Ternate pada
abad ke-14. pada abad ke-15 Kerajaan Ternate dapat berkembang pesat oleh
kekayaan rempah-rempah terutama cengkih yang dimiliki Ternate dan adanya
kemajuan pelayaran serta perdagangan di Ternate.
Ramainya perdagangan rempah-rempah di
Maluku mendorong terbentuknya persekutuan dagang yaitu :Uli Lima (Persekutuan
Lima) yang dipimpin Kerajaan Ternate,Uli
Syiwa (Persekutuan Sembilan) yang dipimpin kerajaan Tidore.
Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan
pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Pada saat itu wilayah kerajaan Ternate
sampai ke daerah Filipina bagian selatan bersamaan pula dengan penyebaran agama
Islam. Oleh karena kebesaransnya, Sultan Baabullah mencapa sebutan “Yang
dipertuan” di 72 pulau.
Ø Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore berdiri pada abad ke-13
hampir bersamaan dengan kerajaan Ternate. Kerajaan Tidore juga kaya
rempah-rempah sehinga banyak dikunjungi para pedagang. Pada awalnya Ternate dan
Tidore bersaing memperebutkan kekuasaan perdagangaan di Maluku. Lebih-lebih
dengan datangnya Portugis dan Spanyol di Maluku. Akan tetapi kedua kerajaan
tersebut akhirya bersatu melawan kekuasaan Portugis di Maluku. Kerajaan Tidore mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Pada masa pemerintahannya berhasil
memperluas daerahnya sampai ke Halmahera, Seram dan Kai sambil melakukan
penyebaran agama Islam.
6.3 Mengambil hikmah dari perkembangan islam di Indonesia
Ø Kewajiban berdakwah merupakan tugas bagi setiap muslim
Ø Memberikan dorongan positif dalam menegakkan kebenaran
Ø Menumbuhkan sikap percaya diri dalam menyampaikan
kebenaran
Ø Membangun dan menanamkan sikap konstruktif dan dinamis
Ø Menumbuhkan sikap tenggang rasa dan bijaksana
No comments:
Post a Comment