Hubungan Struktur
Sosial dengan Mobilitas Sosial
Dalam lapisan
sosial kita mengenal adanya
dua sifat lapisan masyarakat,
yaitu lapisan
masyarakat tertutup dan terbuka.
Dari kedua sifat
lapisan masyarakat inilah yang
pada akhirnya juga
menentukan bentuk gerak sosial
(mobilitas sosial)
masyarakatnya. Pada masyarakat
tertutup, bentuk
mobilitas sosialnya cenderung
bersifat horizontal.
Di mana gerak individu dan
kelompok-kelompok
sosial yang ada di dalamnya
sebatas pada peralihan
individu dari satu objek ke
objek lainnya atau dari
satu kelompok sosial ke kelompok
sosial lainnya.
Sedangkan pada masyarakat
terbuka, mobilitas
sosialnya cenderung bersifat
vertikal yaitu
perpindahan yang dilakukan oleh
individu atau
kelompok sosial dalam hal
kedudukan yang tidak
lagi sederajat. Dalam sistem
lapisan masyarakat
terbuka, kedudukan apa yang
hendak dicapai,
semuanya tergantung pada usaha
dan kemampuan
individu atau kelompok itu
sendiri. Sifat terbuka
ini juga dapat mendorong dirinya
untuk mencapai
kedudukan yang lebih tinggi dan
lebih terpandang
dalam masyarakat.
Meskipun demikian, dalam
kenyataan seharihari
hampir tidak ada masyarakat yang
sifat
sistem lapisannya mutlak
tertutup, di mana sama
sekali tak ada gerak sosial yang
vertikal. Suatu
contoh adalah masyarakat dengan
sistem kasta
di India. Walaupun gerak sosial
vertikal hampir
tidak tampak, namun sebenarnya
tetap ada proses
tersebut. Seorang warga dari
kasta Brahmana yang
berbuat kesalahan besar dapat
turun kastanya ke
kasta yang lebih rendah. Di lain
pihak, betapa pun
terbukanya sistem lapisan dalam
suatu masyarakat
tidak mungkin gerak sosial yang
vertikal dapat
dilakukan dengan
sebebas-bebasnya, karena dalam
masyarakat selalu ada hambatan
dan kesulitankesulitan,
misalnya birokrasi, biaya, tradisi,
dan
lain-lain. Bagaimanakah dengan
struktur sosial
di masyarakat Anda, termasuk
sistem tertutup
ataukah terbuka?
A. Pengertian Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial berasal dari
kata mobilitas dan sosial. Mobilitas
merupakan kata baku dari bahasa
Inggris mobility, yang artinya pergerakan.
Sesuatu yang bergerak berarti
terdapat perubahan, yaitu berpindah posisi dari
satu tempat ke tempat lainnya.
Jadi, mobilitas sosial adalah perubahan posisi
seseorang dalam masyarakat.
Mobilitas atau pergerakkan
sosial dalam masyarakat akan terjadi setiap
saat, mengapa? Karena masyarakat
adalah kelompok manusia yang bersifat
dinamis. Setiap manusia tidak
pernah puas dengan keadaan dirinya. Ia akan
selalu menginginkan sesuatu yang
lebih baik.
Sebagai contoh: seorang yang hidupnya
menganggur pasti tidak akan
betah dengan keadaannya. Dalam
keadaan menganggur, ia mungkin tidak
mempunyai penghasilan. Padahal
kebutuhan hidupnya akan selalu ada dan
bertambah. Oleh karena itu, ia
akan berpikir keras dan berusaha untuk dapat
keluar dari keadaan tersebut.
Mulailah ia berdagang kecil-kecilan untuk
mendapatkan penghasilan. Dalam
dirinya akan timbul ketidakpuasan dengan
apa yang diperolehnya. Ia akan
berusaha keras untuk meningkatkan usaha
dagangnya dengan harapan akan
meningkat pula penghasilannya. Dengan
meningkatkan penghasilan maka
akan meningkatkan status sosialnya. Contoh
lainnya adalah seorang siswa
yang giat belajar. Ia belajar giat dengan tujuan
untuk meningkatkan
kompetensinya. Dengan bekal pendidikan yang tinggi
diharapkan ia akan dapat
meningkatkan dan melakukan perubahan status
sosialnya. Dalam hal ini pada
diri siswa tersebut akan terjadi mobilitas sosial
naik.
B. Jenis-Jenis Mobilitas Sosial
Tipe-tipe mobilitas sosial yang
prinsipil ada dua macam, yaitu mobilitas
horizontal dan mobilitas
vertikal. Untuk jelasnya pahamilah uraian mengenai
kedua tipe mobilitas berikut:
1. Mobilitas Horizontal
Mobilitas sosial horizontal
dalam masyarakat banyak sekali terjadi.
Mobilitas sosial horizontal pada
dasarnya merupakan perpindahan dari suatu
posisi ke posisi lainnya yang
sederajat. Perpindahan ini dapat berupa:
a. Tingkatan atau status
Pernahkah Anda mendengar atau
menyaksikan orang yang berpindah
jabatan dalam status yang sama?
Misalnya seorang menteri dalam kabinet
sekarang menjadi menteri pula
dalam kabinet sebelumnya. Artinya, pada
menteri tersebut tidak terjadi
peningkatan atau penurunan tetapi perubahan
dalam status atau tingkatan yang
sama. Contoh lainnya adalah Kepala SMA
X yang dipindah tugaskan menjadi
Kepala SMA Y. Dalam hal ini berarti pada
kepala sekolah tersebut terjadi
mobilitas/berpindah posisi tetapi masih dalam
status yang sama. Coba Anda
simpulkan! Apakah seorang pedagang rokok
eceran beralih menjadi pedagang
koran eceran terjadi mobilitas horizontal?
Jika jawaban Anda ya, berarti
Anda sudah dapat
menjawab dengan benar. Pada
pedagang tersebut
tidak terjadi perubahan yang
meningkat atau
menurun. Mobilitas sosial yang
berkaitan dengan
status atau tingkatan pada
posisi sosial yang sama
ini dinamakan dengan mobilitas
sosial horizontal
b. Wilayah
Coba perhatikan kegiatan Anda
sehari-hari!
Apakah hari ini, kemarin, atau
besok Anda
bepergian? Pasti jawabannya ya.
Jika hari ini Anda
pergi ke sekolah berarti Anda
melakukan mobilitas
sosial. Anda berangkat dari
rumah menuju ke
sekolah. Artinya bahwa Anda
telah melakukan
perpindahan tempat. Hampir semua
orang dalam
kegiatan hidup sehari-hari
melakukan mobilitas
horizontal. Apakah di desa Anda,
orang bekerja
ke sawah atau ladang kemudian
pulang ke rumah
lagi? Tentu. Di kota orang
bekerja pun pergi ke
kantor dan kembali ke rumah.
Semua kegiatan
tersebut diartikan sebagai
mobilitas horizontal.
Perpindahan penduduk secara
permanen seperti
pindah tempat tinggal juga
merupakan contoh
mobilitas sosial horizontal.
Pada zaman sekarang
dengan dukungan dari sarana
transportasi yang
modern frekuensi terjadinya
mobilitas sosial
horizontal sangat tinggi.
2. Mobilitas Vertikal
Pernahkan Anda naik kelas?
Tentu. Pasti Anda
pernah naik kelas. Sekarang Anda
duduk di kelas
XI berarti setahun lalu Anda duduk
di kelas X.
Pada 4 tahun lalu tentunya Anda
duduk di SMP
yang berarti setingkat lebih
rendah dari sekarang.
Hal ini berarti Anda mengalami
perubahan jenjang
atau kedudukan sosial secara
vertikal. Artinya,
Anda mengalami mobilitas sosial.
Mobilitas sosial
vertikal dapat diartikan sebagai
perpindahan
individu atau objek sosial dari
suatu kedudukan
sosial ke kedudukan lainnya yang
tidak sederajat.
Ilustrasi tentang kenaikan kelas
di atas menunjukkan adanya mobilitas
sosial vertikal dalam
pendidikan. Selain pendidikan, masih ada unsur-unsur
lain yang dapat memengaruhi
mobilitas sosial vertikal, di antaranya sebagai
berikut:
a. Kekayaan
Kekayaan dapat mengubah
kedudukan sosial seseorang. Mungkin akan
menjadi lebih kaya (naik) atau
sebaliknya menjadi lebih miskin (turun).
b. Kekuasaan
Kekuasaan demikian pula, dapat
mengubah status atau kedudukan
seseorang. Orang yang naik
jabatan berarti kekuasaannya bertambah, artinya
ia mengalami mobilitas vertikal
atau naik. Sebaliknya orang yang turun
jabatan akan menyebabkan
kekuasaannya juga turun.
c. Pendidikan
Pendidikan menjadi penting dalam
kehidupan individu. Artinya, dengan
pendidikan maka seseorang akan
naik status atau kedudukan sosialnya.
Melalui pendidikan formal akan
sangat mudah bagi kita untuk mengenali
jenjang/tingkatan pendidikan
seseorang, misalnya SD, SMP, SMA, ataupun
perguruan tinggi.
Sesuai dengan arahnya, maka
terdapat dua jenis mobilitas sosial vertikal,
yaitu yang naik ( social
climbing) dan yang turun ( social sinking).
a. Mobilitas vertikal naik
Mobilitas vertikal naik (
climbing mobility) berarti terjadi perubahan
kedudukan menjadi lebih tinggi.
Pada mobilitas sosial vertikal naik akan
mengubah status dan peran sosial
seseorang.
Mobilitas vertikal yang naik
mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
1) Masuknya individu dengan
kedudukan rendah ke kedudukan yang
lebih tinggi. Contohnya seorang
lurah yang karena prestasi kerjanya
dinilai baik, maka diangkat
menjadi camat. Dalam hal ini terjadi
mobilitas vertikal naik pada
dirinya. Kedudukan camat lebih tinggi dari
lurah. Dengan jabatan atau
kedudukan yang naik menjadi camat, maka
kekuasaannya juga akan semakin
besar. Ketika menjadi lurah, ia hanya mempunyai wilayah kekuasaan pada satu
kelurahan saja, namun sekarang
kekuasaannya berubah menjadi
satu kecamatan. Naiknya kedudukan ini
diikuti pula oleh naiknya
pendapatan sebagai konsekuensi dari jabatan
yang disandangnya.
2) Pembentukan suatu kelompok
baru, yang kemudian ditempatkan pada
derajat yang lebih tinggi dari
kedudukan individu-individu pembentuk
kelompok tersebut. Contohnya
untuk menampung aspirasi, kepentingan,
dan menjadi wadah perjuangan
bagi para pekerja, maka dibentuklah SPSI
(Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia). Di mana dalam hal ini SPSI memiliki
kedudukan yang lebih tinggi
daripada para pembentuk dan pekerjapekerja
yang tergabung di dalamnya.
b. Mobilitas vertikal
turun
Di samping mobilitas sosial
vertikal naik, ada pula mobilitas sosial
vertikal turun (sinking
mobility). Pada mobilitas sosial vertikal turun, terjadi
penurunan tingkat sosial
seseorang.
Gerak sosial vertikal yang
menurun juga mempunyai bentuk yang utama,
yaitu:
1) Turunnya kedudukan individu
ke kedudukan yang lebih rendah
derajatnya. Contohnya seorang
pegawai negeri yang pensiun dari
dinas aktif. Ia mengalami penurunan
dari status pegawai negeri aktif
menjadi pensiunan pegawai
negeri. Hal ini berarti terjadi penurunan
pada kekuasaan yang dimilikinya.
Demikian pula terjadi penurunan
pada pendapatannya. Contoh
lainnya, seorang pedagang besar tentunya
ia mempunyai pendapatan yang
besar pula. Dari kriteria kekayaan,
ia mempunyai kedudukan yang
tinggi. Namun, ketika terjadi krisis
ekonomi, maka usahanya mengalami
kebangkrutan. Dengan bangkrutnya
perusahaan, maka berdampak pada
tingkat pendapatannya. Dalam hal
ini terjadi penurunan
pendapatan, sehingga menyebabkan kedudukan
sosialnya menjadi lebih rendah
(mengalami penurunan).
2) Turunnya derajat sekelompok
individu yang dapat berupa disintegrasi
kelompok sebagai kesatuan.
Contohnya dalam sebuah desa dibentuk
sebuah kelompok (organisasi)
kepemudaan sebagai wadah aspirasi dan
aktualisasi keinginan dan
potensi pemuda. Setelah berjalan beberapa
waktu, banyak hambatan yang
menghalangi perjalanan kelompok tersebut. Mulai dari perilaku indisipliner
dari anggotanya, seperti kekurangan
anggota
karena banyak yang merantau,
sampai pada
kekurangan anggaran untuk
membiayai
semua kegiatannya. Kesemuanya
itu pada
akhirnya memicu pertentangan dan
masalah.
Karena dirasa sudah tidak sehat
lagi akhirnya
kelompok tersebut dibubarkan
berikut dengan
struktur dan kepengurusannya,
sehingga
individu-individu yang dulunya
memiliki
wewenang dan kekuasaan dalam
kelompok
tersebut juga turut kehilangan
wewenang dan
kekuasaan
C.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Mobilitas
Sosial
Banyak faktor yang dapat
memengaruhi terjadinya mobilitas sosial.
Faktor-faktor tersebut antara
lain status sosial, kondisi ekonomi, situasi
politik, pertambahan penduduk,
dan petualangan. Faktor-faktor tersebut
akan dijelaskan dalam materi
berikut:
1. Status Sosial
Status sosial adalah tingkatan
atau kedudukan sosial seseorang di
masyarakat. Semakin tinggi
status sosial seseorang, dia akan semakin
dihormati. Mengapa? Karena
biasanya orang yang berstatus sosial tinggi
memiliki kekayaan, kekuasaan,
dan peran sosial yang juga tinggi (besar).
Oleh karena itu, semua orang
akan selalu berusaha untuk mencapai status
sosial yang lebih tinggi.
Setiap orang dalam masyarakat
pasti ingin dihormati dan dihargai, karena
itu ia ingin mendapatkan status
sosial yang lebih baik. Jika ia hanya menjadi
warga biasa, maka ia akan selalu
berusaha agar dapat memiliki sesuatu yang
lebih dari orang lain. Sesuatu
tersebut dapat berupa kekayaan, pendidikan,
atau pengetahuan yang lain.
Contohnya seorang pegawai pada perusahaan
tertentu yang menjadi staf akan
bekerja dengan giat, karena ia berharap
kinerjanya dapat dinilai baik
oleh pimpinannya, sehingga dapat naik jabatan,
misalnya menjadi manajer. Dengan
menjadi manajer perusahaan, berarti ia
dapat meningkatkan status
sosialnya. Ia akan lebih dihormati, berkuasa, dan
sekaligus mendapatkan gaji yang
lebih besar.
2. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi mempunyai fungsi
penting dalam memperoleh
penghargaan masyarakat. Terutama
di kota-kota besar, kekayaan menjadi
simbol utama dari status sosial.
Gejala-gejala ini sebenarnya juga dijumpai
pada masyarakat tradisional, hal
ini biasanya sering dihubungkan dengan
upacara-upacara adat. Tidak
jarang upacara adat memerlukan biaya besar dan
yang mampu mengadakannya
hanyalah orang-orang yang secara material
mampu. Oleh karena itu, setiap
orang akan berusaha untuk meningkatkan
keadaan ekonominya. Orang yang miskin pasti sangat menginginkan kehidupannya
berubah
menjadi lebih kaya. Karena
kemiskinan berarti memiliki status sosial yang
rendah dan kurang dihargai oleh
masyarakat. Oleh karena itu, ia termotivasi
untuk bekerja dengan giat agar
dapat menjadi lebih kaya. Contohnya
pedagang kecil tentu akan
berusaha untuk menjadi pedagang yang lebih
besar. Ia akan berusaha dengan
segala kemampuannya untuk membesarkan
usahanya, sehingga setiap tahun
diharapkan pendapatan usahanya akan terus
meningkat.
3. Situasi Politik
Situasi politik bersifat
dinamis, artinya setiap saat selalu berubah. Pada
dunia modern di mana demokrasi
dianggap sebagai acuan ketatanegaraan,
maka politik menjadi pilihan
yang sangat mudah untuk menaikkan status
sosial seseorang ataupun suatu
kelompok.
Organisasi politik seperti
partai politik, dapat memberi peluang besar bagi
para anggotanya untuk naik dalam
pertanggaan kedudukan. Apalagi bila ia
mempunyai kemampuan beragitasi,
berorganisasi, dan sebagainya. Pada
masyarakat yang demokratis di
mana lembaga pemilihan umum memegang
peranan penting dalam
pembentukan kepemimpinan, organisasi-organisasi
politik mempunyai peranan yang
sama walaupun dalam bentuk yang lain.
Supaya seseorang terpilih,
terlebih dahulu dia harus membuktikan dirinya
sebagai orang yang mempunyai
kepribadian yang baik, aspirasi-aspirasi yang
baik, dan sebagainya. Hal itu
paling mudah dapat dilakukan dengan cara
menjadi anggota salah satu
organisasi politik. Contohnya seorang
warga biasa dapat meningkatkan status sosialnya
dengan cepat. Caranya yaitu
dengan aktif dalam suatu partai politik tertentu.
Melalui partai politik tertentu,
seorang warga biasa dapat menjadi anggota
DPR , kepala daerah atau bahkan
dapat mencalonkan diri untuk menjadi
presiden. Jika dalam pemilihan
umum (pemilu) dapat memenangkan
pemilihan pejabat, maka ia akan
langsung dapat diangkat menjadi pejabat
tertentu. Artinya, pada saat itu
ia dapat langsung memiliki status sosial yang
tinggi di masyarakat.
4. Pertambahan Penduduk
Pertambahan penduduk yang terus
berkembang menyebabkan kepadatan
yang tinggi. Akibat dari
kepadatan penduduk ini adalah:
a. kemiskinan,
b. pendidikan rendah, dan
c. kesehatan rendah.
Pada daerah yang berpenduduk
padat, biasanya terdapat daerah kumuh
(slums) yang identik
dengan kehidupan miskin. Tentunya daerah-daerah
padat di perkotaan menjadi
sangat mengganggu kehidupan. Banyak tudingan
negatif pada daerah kumuh
tersebut seperti rawan kriminalitas, rawan
penyakit, dan lain-lain.
Untuk mengatasi kepadatan
penduduk tersebut, pemerintah
melakukan tindakan dengan
memindahkan sebagian penduduk tersebut
ke daerah yang kurang padat
penduduknya. Perpindahan ini dinamakan
dengan Transmigrasi. Jadi, pada
transmigrasi akan terjadi mobilitas sosial
horizontal.
5. Petualangan
Salah satu sifat dasar dari
manusia adalah rasa ingin tahu. Sifat inilah
yang mendorong terjadinya
petualangan. Tetapi sifat petualangan ini
tidak selamanya berkembang pada
diri manusia karena beberapa alasan.
Alasan utamanya adalah masalah
biaya. Sedangkan alasan lainnya adalah
kemampuan sik, takut perubahan, dan sebagainya.
Petualangan menyebabkan orang
ingin tahu daerah lain. Oleh karena
itu, ia melakukan perpindahan
tempat sementara, sehingga terjadi mobilitas
sosial horizontal. Petualangan
bersifat sementara, karena hanya berlangsung
beberapa saat. Salah satu bentuk
petualangan adalah pariwisata. Contohnya
orang-orang kota biasanya senang
dengan berwisata. Mereka umumnya
melakukan kegiatan wisata untuk
menghilangkan kejenuhan setelah bekerja.
Ada istilah weekend yang
berarti liburan akhir pekan, yaitu berlibur ke luar
kota pada hari Sabtu dan Minggu
setelah bekerja keras di hari sebelumnya.
D.
Saluran Mobilitas Sosial
Untuk mempermudah terjadinya
proses
mobilitas sosial diperlukan
beberapa saluran
mobilitas. Saluran mobilitas ini
akan mempercepat
terjadinya perubahan kedudukan
sosial.
Saluran mobilitas ini di
antaranya adalah:
1. Perubahan Tempat Tinggal
Perubahan tempat tinggal berarti
perpindahan tetapi hanya tempatnya saja yang berbeda. Perpindahan tempat
tinggal juga
dapat mengubah kedudukan
sosialnya. Misalnya seseorang yang berpindah
rumah dari daerah perkampungan
ke daerah perumahan elit. Dalam hal ini,
di samping terjadi mobilitas
horizontal juga terjadi pula perubahan status
sosial.
2. Perkawinan
Sudahkah Anda memiliki Kartu
Tanda Penduduk (KTP)? Coba Anda
perhatikan identitas diri Anda!
Apabila Anda belum memilikinya, coba
Anda lihat pada teman yang sudah
memiliki KTP! Apakah dalam identitas
diri terdapat keterangan tentang
status? Pasti ada. Keterangan status di KTP
tersebut terdapat kata kawin
atau tidak kawin atau sejenisnya.
dari tempat yang satu ke tempat
yang lain.
Mobilitas ini sangat mudah
terjadi karena hanya
dengan berpindah ke tempat lain
berarti akan
terjadi mobilitas sosial.
Contohnya seseorang
yang sekarang tinggal di desa
atau kelurahan
A, karena sesuatu hal ia pindah
ke desa atau
kelurahan B. Dengan demikian ia
melakukan
perpindahan kedudukan pada level
yang sama Perkawinan secara otomatis akan mengubah status sosial seseorang.
Dengan perkawinan, seseorang
membentuk sebuah keluarga baru. Apabila
dalam keluarga sudah memiliki
anak, maka yang laki-laki (suami) akan
berubah statusnya menjadi
seorang ayah. Sebaliknya, seorang perempuan
(istri) akan menjadi seorang
ibu. Perkawinan dapat pula mengubah status
sosial lainnya. Contohnya
seorang wanita biasa yang menjadi istri pejabat
misalnya bupati, maka ia
otomatis akan menjadi orang yang dihormati
sebagaimana istri pejabat. Ia
akan ikut berubah status sosialnya. Demikian
pula jika ia kawin dengan
seorang lurah atau dokter. Ia mendapat sebutan
sebagai bu lurah atau bu dokter,
walaupun ia tidak pernah menjadi lurah atau
sekolah dokter.
3. Keanggotaan dalam
Organisasi
Organisasi sosial menjadi suatu
lembaga yang penting dalam masyarakat.
Dengan menjadi anggota
organisasi tertentu, seseorang akan mendapatkan
status sosial yang lebih tinggi.
Bahkan dengan berorganisasi ia dapat meraih
posisi tinggi di masyarakat. Seseorang
yang menjadi anggota organisasi
misalnya partai politik, di
masyarakat ia akan
memiliki status yang lebih
tinggi dari orang lain
yang tidak ikut dalam
organisasi. Terlebih lagi
ia akan naik statusnya apabila
dapat menjadi
ketua organisasi tersebut.
Dengan menjadi ketua
berarti ia akan menjadi pemimpin
suatu golongan
masyarakat. Bahkan dengan
menjadi ketua atau
anggota partai politik, mungkin
ia dapat menjadi
seorang pejabat seperti bupati,
gubernur, menteri
bahkan menjadi presiden.
4. Tingkat Pendidikan
Pendidikan menjadi penting
karena
menunjukkan kemampuan seseorang
dalam bidang
ilmu dan pengetahuan. Semakin
tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka akan
semakin banyak
dan luas ilmu dan pengetahuan
yang dimiliki.
Dengan bekal pendidikan yang
semakin tinggi
akan membuka kemungkinan untuk
meningkatkan
kedudukan atau jabatan dan
pendapatan, karena
akan lebih mudah dalam mencari
pekerjaan.
Lembaga pendidikan seperti
sekolah, pada
umumnya merupakan saluran
konkrit dari gerak
sosial yang vertikal. Bahkan
sekolah-sekolah dapat
dianggap sebagai social
elevator yang bergerak dari
kedudukan-kedudukan yang paling
rendah ke
kedudukan yang paling tinggi.
Kadang-kadang
dijumpai keadaan di mana
sekolah-sekolah
tertentu hanya dapat dimasuki
oleh golongangolongan
masyarakat yang tertentu pula,
misalnya
dari lapisan atas, atau dari
suatu ras tertentu.
Sekolah-sekolah yang demikian
bila dapat
dimasuki oleh lapisan yang
rendah, maka dia
akan menjadi saluran gerak
sosial yang vertikal. Di
Indonesia, secara relatif dapat
dilihat kedudukan
apa yang ditempati oleh mereka
yang hanya tamat
Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama,
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,
Perguruan Tinggi,
dan seterusnya, walaupun
kenyataan belum
menunjukkan adanya kedudukan
yang sesuai
bagi mereka dalam hal-hal
tertentu. Contohnya
sebuah perusahaan menerima
pegawai 2 orang,
yang satu berpendidikan SMP dan
yang satu SMA.
Tentu dalam penempatan pegawai
akan terdapat
perbedaan. Orang yang lulus SMA
mungkin akan ditempatkan sebagai staf administrasi, sedangkan yang lulusan SMP
hanya
sebagai pesuruh. Tentunya gaji
yang diperolehnya pun juga akan berbeda.
Peluang untuk meningkatkan karir
akan lebih terbuka bagi yang lulusan
SMA. Jika pegawai yang lulusan
SMA kemudian melanjutkan ke perguruan
tinggi maka tidak menutup
kemungkinan akan membuka peluang karirnya
menjadi pimpinan perusahaan. Hal
ini berarti akan meningkatkan status dan
juga penghasilannya. Sedangkan
bagi pegawai yang hanya lulusan SMP, ia
tidak dapat melanjutkan ke
perguruan tinggi. Dengan demikian berarti ia
sulit untuk meningkatkan status
sosialnya.
Sampai di sini, apakah Anda
dapat memahami uraian tentang saluran
mobilitas sosial? Jika belum,
coba Anda baca sekali lagi! Tetapi jika Anda sudah
dapat memahaminya, silahkan Anda
melanjutkan ke materi berikutnya!
No comments:
Post a Comment