Friday, 17 November 2017

Hubungan Struktur Sosial dengan Mobilitas Sosial (MAKALAH SOSIOLOGI) KELAS 11

Hubungan Struktur Sosial dengan Mobilitas Sosial
Dalam lapisan sosial kita mengenal adanya
dua sifat lapisan masyarakat, yaitu lapisan
masyarakat tertutup dan terbuka. Dari kedua sifat
lapisan masyarakat inilah yang pada akhirnya juga

menentukan bentuk gerak sosial (mobilitas sosial)
masyarakatnya. Pada masyarakat tertutup, bentuk
mobilitas sosialnya cenderung bersifat horizontal.
Di mana gerak individu dan kelompok-kelompok
sosial yang ada di dalamnya sebatas pada peralihan
individu dari satu objek ke objek lainnya atau dari
satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya.
Sedangkan pada masyarakat terbuka, mobilitas
sosialnya cenderung bersifat vertikal yaitu
perpindahan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok sosial dalam hal kedudukan yang tidak
lagi sederajat. Dalam sistem lapisan masyarakat
terbuka, kedudukan apa yang hendak dicapai,
semuanya tergantung pada usaha dan kemampuan
individu atau kelompok itu sendiri. Sifat terbuka
ini juga dapat mendorong dirinya untuk mencapai
kedudukan yang lebih tinggi dan lebih terpandang
dalam masyarakat.
Meskipun demikian, dalam kenyataan seharihari
hampir tidak ada masyarakat yang sifat
sistem lapisannya mutlak tertutup, di mana sama
sekali tak ada gerak sosial yang vertikal. Suatu
contoh adalah masyarakat dengan sistem kasta
di India. Walaupun gerak sosial vertikal hampir
tidak tampak, namun sebenarnya tetap ada proses
tersebut. Seorang warga dari kasta Brahmana yang
berbuat kesalahan besar dapat turun kastanya ke
kasta yang lebih rendah. Di lain pihak, betapa pun
terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat
tidak mungkin gerak sosial yang vertikal dapat
dilakukan dengan sebebas-bebasnya, karena dalam
masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitankesulitan,
misalnya birokrasi, biaya, tradisi, dan
lain-lain. Bagaimanakah dengan struktur sosial
di masyarakat Anda, termasuk sistem tertutup
ataukah terbuka?

A.    Pengertian Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial berasal dari kata mobilitas dan sosial. Mobilitas
merupakan kata baku dari bahasa Inggris mobility, yang artinya pergerakan.
Sesuatu yang bergerak berarti terdapat perubahan, yaitu berpindah posisi dari
satu tempat ke tempat lainnya. Jadi, mobilitas sosial adalah perubahan posisi
seseorang dalam masyarakat.
Mobilitas atau pergerakkan sosial dalam masyarakat akan terjadi setiap
saat, mengapa? Karena masyarakat adalah kelompok manusia yang bersifat
dinamis. Setiap manusia tidak pernah puas dengan keadaan dirinya. Ia akan
selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.
Sebagai contoh: seorang yang hidupnya menganggur pasti tidak akan
betah dengan keadaannya. Dalam keadaan menganggur, ia mungkin tidak
mempunyai penghasilan. Padahal kebutuhan hidupnya akan selalu ada dan
bertambah. Oleh karena itu, ia akan berpikir keras dan berusaha untuk dapat
keluar dari keadaan tersebut. Mulailah ia berdagang kecil-kecilan untuk
mendapatkan penghasilan. Dalam dirinya akan timbul ketidakpuasan dengan
apa yang diperolehnya. Ia akan berusaha keras untuk meningkatkan usaha
dagangnya dengan harapan akan meningkat pula penghasilannya. Dengan
meningkatkan penghasilan maka akan meningkatkan status sosialnya. Contoh
lainnya adalah seorang siswa yang giat belajar. Ia belajar giat dengan tujuan
untuk meningkatkan kompetensinya. Dengan bekal pendidikan yang tinggi
diharapkan ia akan dapat meningkatkan dan melakukan perubahan status
sosialnya. Dalam hal ini pada diri siswa tersebut akan terjadi mobilitas sosial
naik.
B.     Jenis-Jenis Mobilitas Sosial

Tipe-tipe mobilitas sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu mobilitas
horizontal dan mobilitas vertikal. Untuk jelasnya pahamilah uraian mengenai
kedua tipe mobilitas berikut:
1. Mobilitas Horizontal
Mobilitas sosial horizontal dalam masyarakat banyak sekali terjadi.
Mobilitas sosial horizontal pada dasarnya merupakan perpindahan dari suatu
posisi ke posisi lainnya yang sederajat. Perpindahan ini dapat berupa:
a. Tingkatan atau status
Pernahkah Anda mendengar atau menyaksikan orang yang berpindah
jabatan dalam status yang sama? Misalnya seorang menteri dalam kabinet
sekarang menjadi menteri pula dalam kabinet sebelumnya. Artinya, pada
menteri tersebut tidak terjadi peningkatan atau penurunan tetapi perubahan
dalam status atau tingkatan yang sama. Contoh lainnya adalah Kepala SMA
X yang dipindah tugaskan menjadi Kepala SMA Y. Dalam hal ini berarti pada
kepala sekolah tersebut terjadi mobilitas/berpindah posisi tetapi masih dalam
status yang sama. Coba Anda simpulkan! Apakah seorang pedagang rokok
eceran beralih menjadi pedagang koran eceran terjadi mobilitas horizontal?
Jika jawaban Anda ya, berarti Anda sudah dapat
menjawab dengan benar. Pada pedagang tersebut
tidak terjadi perubahan yang meningkat atau
menurun. Mobilitas sosial yang berkaitan dengan
status atau tingkatan pada posisi sosial yang sama
ini dinamakan dengan mobilitas sosial horizontal
b. Wilayah
Coba perhatikan kegiatan Anda sehari-hari!
Apakah hari ini, kemarin, atau besok Anda
bepergian? Pasti jawabannya ya. Jika hari ini Anda
pergi ke sekolah berarti Anda melakukan mobilitas
sosial. Anda berangkat dari rumah menuju ke
sekolah. Artinya bahwa Anda telah melakukan
perpindahan tempat. Hampir semua orang dalam
kegiatan hidup sehari-hari melakukan mobilitas
horizontal. Apakah di desa Anda, orang bekerja
ke sawah atau ladang kemudian pulang ke rumah
lagi? Tentu. Di kota orang bekerja pun pergi ke
kantor dan kembali ke rumah. Semua kegiatan
tersebut diartikan sebagai mobilitas horizontal.
Perpindahan penduduk secara permanen seperti
pindah tempat tinggal juga merupakan contoh
mobilitas sosial horizontal. Pada zaman sekarang
dengan dukungan dari sarana transportasi yang
modern frekuensi terjadinya mobilitas sosial
horizontal sangat tinggi.
2. Mobilitas Vertikal
Pernahkan Anda naik kelas? Tentu. Pasti Anda
pernah naik kelas. Sekarang Anda duduk di kelas
XI berarti setahun lalu Anda duduk di kelas X.
Pada 4 tahun lalu tentunya Anda duduk di SMP
yang berarti setingkat lebih rendah dari sekarang.
Hal ini berarti Anda mengalami perubahan jenjang
atau kedudukan sosial secara vertikal. Artinya,
Anda mengalami mobilitas sosial. Mobilitas sosial
vertikal dapat diartikan sebagai perpindahan
individu atau objek sosial dari suatu kedudukan
sosial ke kedudukan lainnya yang tidak sederajat.
Ilustrasi tentang kenaikan kelas di atas menunjukkan adanya mobilitas
sosial vertikal dalam pendidikan. Selain pendidikan, masih ada unsur-unsur
lain yang dapat memengaruhi mobilitas sosial vertikal, di antaranya sebagai
berikut:
a. Kekayaan
Kekayaan dapat mengubah kedudukan sosial seseorang. Mungkin akan
menjadi lebih kaya (naik) atau sebaliknya menjadi lebih miskin (turun).
b. Kekuasaan
Kekuasaan demikian pula, dapat mengubah status atau kedudukan
seseorang. Orang yang naik jabatan berarti kekuasaannya bertambah, artinya
ia mengalami mobilitas vertikal atau naik. Sebaliknya orang yang turun
jabatan akan menyebabkan kekuasaannya juga turun.
c. Pendidikan
Pendidikan menjadi penting dalam kehidupan individu. Artinya, dengan
pendidikan maka seseorang akan naik status atau kedudukan sosialnya.
Melalui pendidikan formal akan sangat mudah bagi kita untuk mengenali
jenjang/tingkatan pendidikan seseorang, misalnya SD, SMP, SMA, ataupun
perguruan tinggi.
Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis mobilitas sosial vertikal,
yaitu yang naik ( social climbing) dan yang turun ( social sinking).
a. Mobilitas vertikal naik
Mobilitas vertikal naik ( climbing mobility) berarti terjadi perubahan
kedudukan menjadi lebih tinggi. Pada mobilitas sosial vertikal naik akan
mengubah status dan peran sosial seseorang.
Mobilitas vertikal yang naik mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
1) Masuknya individu dengan kedudukan rendah ke kedudukan yang
lebih tinggi. Contohnya seorang lurah yang karena prestasi kerjanya
dinilai baik, maka diangkat menjadi camat. Dalam hal ini terjadi
mobilitas vertikal naik pada dirinya. Kedudukan camat lebih tinggi dari
lurah. Dengan jabatan atau kedudukan yang naik menjadi camat, maka
kekuasaannya juga akan semakin besar. Ketika menjadi lurah, ia hanya mempunyai wilayah kekuasaan pada satu kelurahan saja, namun sekarang
kekuasaannya berubah menjadi satu kecamatan. Naiknya kedudukan ini
diikuti pula oleh naiknya pendapatan sebagai konsekuensi dari jabatan
yang disandangnya.
2) Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada
derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk
kelompok tersebut. Contohnya untuk menampung aspirasi, kepentingan,
dan menjadi wadah perjuangan bagi para pekerja, maka dibentuklah SPSI
(Serikat Pekerja Seluruh Indonesia). Di mana dalam hal ini SPSI memiliki
kedudukan yang lebih tinggi daripada para pembentuk dan pekerjapekerja
yang tergabung di dalamnya.
b. Mobilitas vertikal turun
Di samping mobilitas sosial vertikal naik, ada pula mobilitas sosial
vertikal turun (sinking mobility). Pada mobilitas sosial vertikal turun, terjadi
penurunan tingkat sosial seseorang.
Gerak sosial vertikal yang menurun juga mempunyai bentuk yang utama,
yaitu:
1) Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah
derajatnya. Contohnya seorang pegawai negeri yang pensiun dari
dinas aktif. Ia mengalami penurunan dari status pegawai negeri aktif
menjadi pensiunan pegawai negeri. Hal ini berarti terjadi penurunan
pada kekuasaan yang dimilikinya. Demikian pula terjadi penurunan
pada pendapatannya. Contoh lainnya, seorang pedagang besar tentunya
ia mempunyai pendapatan yang besar pula. Dari kriteria kekayaan,
ia mempunyai kedudukan yang tinggi. Namun, ketika terjadi krisis
ekonomi, maka usahanya mengalami kebangkrutan. Dengan bangkrutnya
perusahaan, maka berdampak pada tingkat pendapatannya. Dalam hal
ini terjadi penurunan pendapatan, sehingga menyebabkan kedudukan
sosialnya menjadi lebih rendah (mengalami penurunan).
2) Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi
kelompok sebagai kesatuan. Contohnya dalam sebuah desa dibentuk
sebuah kelompok (organisasi) kepemudaan sebagai wadah aspirasi dan
aktualisasi keinginan dan potensi pemuda. Setelah berjalan beberapa
waktu, banyak hambatan yang menghalangi perjalanan kelompok tersebut. Mulai dari perilaku indisipliner
dari anggotanya, seperti kekurangan anggota
karena banyak yang merantau, sampai pada
kekurangan anggaran untuk membiayai
semua kegiatannya. Kesemuanya itu pada
akhirnya memicu pertentangan dan masalah.
Karena dirasa sudah tidak sehat lagi akhirnya
kelompok tersebut dibubarkan berikut dengan
struktur dan kepengurusannya, sehingga
individu-individu yang dulunya memiliki
wewenang dan kekuasaan dalam kelompok
tersebut juga turut kehilangan wewenang dan
kekuasaan
C.    Faktor-Faktor yang Memengaruhi Mobilitas Sosial
Banyak faktor yang dapat memengaruhi terjadinya mobilitas sosial.
Faktor-faktor tersebut antara lain status sosial, kondisi ekonomi, situasi
politik, pertambahan penduduk, dan petualangan. Faktor-faktor tersebut
akan dijelaskan dalam materi berikut:
1. Status Sosial
Status sosial adalah tingkatan atau kedudukan sosial seseorang di
masyarakat. Semakin tinggi status sosial seseorang, dia akan semakin
dihormati. Mengapa? Karena biasanya orang yang berstatus sosial tinggi
memiliki kekayaan, kekuasaan, dan peran sosial yang juga tinggi (besar).
Oleh karena itu, semua orang akan selalu berusaha untuk mencapai status
sosial yang lebih tinggi.
Setiap orang dalam masyarakat pasti ingin dihormati dan dihargai, karena
itu ia ingin mendapatkan status sosial yang lebih baik. Jika ia hanya menjadi
warga biasa, maka ia akan selalu berusaha agar dapat memiliki sesuatu yang
lebih dari orang lain. Sesuatu tersebut dapat berupa kekayaan, pendidikan,
atau pengetahuan yang lain. Contohnya seorang pegawai pada perusahaan
tertentu yang menjadi staf akan bekerja dengan giat, karena ia berharap
kinerjanya dapat dinilai baik oleh pimpinannya, sehingga dapat naik jabatan,
misalnya menjadi manajer. Dengan menjadi manajer perusahaan, berarti ia
dapat meningkatkan status sosialnya. Ia akan lebih dihormati, berkuasa, dan
sekaligus mendapatkan gaji yang lebih besar.
2. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi mempunyai fungsi penting dalam memperoleh
penghargaan masyarakat. Terutama di kota-kota besar, kekayaan menjadi
simbol utama dari status sosial. Gejala-gejala ini sebenarnya juga dijumpai
pada masyarakat tradisional, hal ini biasanya sering dihubungkan dengan
upacara-upacara adat. Tidak jarang upacara adat memerlukan biaya besar dan
yang mampu mengadakannya hanyalah orang-orang yang secara material
mampu. Oleh karena itu, setiap orang akan berusaha untuk meningkatkan
keadaan ekonominya. Orang yang miskin pasti sangat menginginkan kehidupannya berubah
menjadi lebih kaya. Karena kemiskinan berarti memiliki status sosial yang
rendah dan kurang dihargai oleh masyarakat. Oleh karena itu, ia termotivasi
untuk bekerja dengan giat agar dapat menjadi lebih kaya. Contohnya
pedagang kecil tentu akan berusaha untuk menjadi pedagang yang lebih
besar. Ia akan berusaha dengan segala kemampuannya untuk membesarkan
usahanya, sehingga setiap tahun diharapkan pendapatan usahanya akan terus
meningkat.
3. Situasi Politik
Situasi politik bersifat dinamis, artinya setiap saat selalu berubah. Pada
dunia modern di mana demokrasi dianggap sebagai acuan ketatanegaraan,
maka politik menjadi pilihan yang sangat mudah untuk menaikkan status
sosial seseorang ataupun suatu kelompok.
Organisasi politik seperti partai politik, dapat memberi peluang besar bagi
para anggotanya untuk naik dalam pertanggaan kedudukan. Apalagi bila ia
mempunyai kemampuan beragitasi, berorganisasi, dan sebagainya. Pada
masyarakat yang demokratis di mana lembaga pemilihan umum memegang
peranan penting dalam pembentukan kepemimpinan, organisasi-organisasi
politik mempunyai peranan yang sama walaupun dalam bentuk yang lain.
Supaya seseorang terpilih, terlebih dahulu dia harus membuktikan dirinya
sebagai orang yang mempunyai kepribadian yang baik, aspirasi-aspirasi yang
baik, dan sebagainya. Hal itu paling mudah dapat dilakukan dengan cara
menjadi anggota salah satu organisasi politik. Contohnya seorang warga biasa dapat meningkatkan status sosialnya
dengan cepat. Caranya yaitu dengan aktif dalam suatu partai politik tertentu.
Melalui partai politik tertentu, seorang warga biasa dapat menjadi anggota
DPR , kepala daerah atau bahkan dapat mencalonkan diri untuk menjadi
presiden. Jika dalam pemilihan umum (pemilu) dapat memenangkan
pemilihan pejabat, maka ia akan langsung dapat diangkat menjadi pejabat
tertentu. Artinya, pada saat itu ia dapat langsung memiliki status sosial yang
tinggi di masyarakat.
4. Pertambahan Penduduk
Pertambahan penduduk yang terus berkembang menyebabkan kepadatan
yang tinggi. Akibat dari kepadatan penduduk ini adalah:
a. kemiskinan,
b. pendidikan rendah, dan
c. kesehatan rendah.
Pada daerah yang berpenduduk padat, biasanya terdapat daerah kumuh
(slums) yang identik dengan kehidupan miskin. Tentunya daerah-daerah
padat di perkotaan menjadi sangat mengganggu kehidupan. Banyak tudingan
negatif pada daerah kumuh tersebut seperti rawan kriminalitas, rawan
penyakit, dan lain-lain.
Untuk mengatasi kepadatan penduduk tersebut, pemerintah
melakukan tindakan dengan memindahkan sebagian penduduk tersebut
ke daerah yang kurang padat penduduknya. Perpindahan ini dinamakan
dengan Transmigrasi. Jadi, pada transmigrasi akan terjadi mobilitas sosial
horizontal.
 5. Petualangan
Salah satu sifat dasar dari manusia adalah rasa ingin tahu. Sifat inilah
yang mendorong terjadinya petualangan. Tetapi sifat petualangan ini
tidak selamanya berkembang pada diri manusia karena beberapa alasan.
Alasan utamanya adalah masalah biaya. Sedangkan alasan lainnya adalah
kemampuan 􀅿 sik, takut perubahan, dan sebagainya.
Petualangan menyebabkan orang ingin tahu daerah lain. Oleh karena
itu, ia melakukan perpindahan tempat sementara, sehingga terjadi mobilitas
sosial horizontal. Petualangan bersifat sementara, karena hanya berlangsung
beberapa saat. Salah satu bentuk petualangan adalah pariwisata. Contohnya
orang-orang kota biasanya senang dengan berwisata. Mereka umumnya
melakukan kegiatan wisata untuk menghilangkan kejenuhan setelah bekerja.
Ada istilah weekend yang berarti liburan akhir pekan, yaitu berlibur ke luar
kota pada hari Sabtu dan Minggu setelah bekerja keras di hari sebelumnya.
D.    Saluran Mobilitas Sosial
Untuk mempermudah terjadinya proses
mobilitas sosial diperlukan beberapa saluran
mobilitas. Saluran mobilitas ini akan mempercepat
terjadinya perubahan kedudukan sosial.
Saluran mobilitas ini di antaranya adalah:
1. Perubahan Tempat Tinggal
Perubahan tempat tinggal berarti perpindahan tetapi hanya tempatnya saja yang berbeda. Perpindahan tempat tinggal juga
dapat mengubah kedudukan sosialnya. Misalnya seseorang yang berpindah
rumah dari daerah perkampungan ke daerah perumahan elit. Dalam hal ini,
di samping terjadi mobilitas horizontal juga terjadi pula perubahan status
sosial.
2. Perkawinan
Sudahkah Anda memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP)? Coba Anda
perhatikan identitas diri Anda! Apabila Anda belum memilikinya, coba
Anda lihat pada teman yang sudah memiliki KTP! Apakah dalam identitas
diri terdapat keterangan tentang status? Pasti ada. Keterangan status di KTP
tersebut terdapat kata kawin atau tidak kawin atau sejenisnya.
dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
Mobilitas ini sangat mudah terjadi karena hanya
dengan berpindah ke tempat lain berarti akan
terjadi mobilitas sosial. Contohnya seseorang
yang sekarang tinggal di desa atau kelurahan
A, karena sesuatu hal ia pindah ke desa atau
kelurahan B. Dengan demikian ia melakukan
perpindahan kedudukan pada level yang sama Perkawinan secara otomatis akan mengubah status sosial seseorang.
Dengan perkawinan, seseorang membentuk sebuah keluarga baru. Apabila
dalam keluarga sudah memiliki anak, maka yang laki-laki (suami) akan
berubah statusnya menjadi seorang ayah. Sebaliknya, seorang perempuan
(istri) akan menjadi seorang ibu. Perkawinan dapat pula mengubah status
sosial lainnya. Contohnya seorang wanita biasa yang menjadi istri pejabat
misalnya bupati, maka ia otomatis akan menjadi orang yang dihormati
sebagaimana istri pejabat. Ia akan ikut berubah status sosialnya. Demikian
pula jika ia kawin dengan seorang lurah atau dokter. Ia mendapat sebutan
sebagai bu lurah atau bu dokter, walaupun ia tidak pernah menjadi lurah atau
sekolah dokter.
3. Keanggotaan dalam Organisasi
Organisasi sosial menjadi suatu lembaga yang penting dalam masyarakat.
Dengan menjadi anggota organisasi tertentu, seseorang akan mendapatkan
status sosial yang lebih tinggi. Bahkan dengan berorganisasi ia dapat meraih
posisi tinggi di masyarakat. Seseorang yang menjadi anggota organisasi
misalnya partai politik, di masyarakat ia akan
memiliki status yang lebih tinggi dari orang lain
yang tidak ikut dalam organisasi. Terlebih lagi
ia akan naik statusnya apabila dapat menjadi
ketua organisasi tersebut. Dengan menjadi ketua
berarti ia akan menjadi pemimpin suatu golongan
masyarakat. Bahkan dengan menjadi ketua atau
anggota partai politik, mungkin ia dapat menjadi
seorang pejabat seperti bupati, gubernur, menteri
bahkan menjadi presiden.
4. Tingkat Pendidikan
Pendidikan menjadi penting karena
menunjukkan kemampuan seseorang dalam bidang
ilmu dan pengetahuan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak
dan luas ilmu dan pengetahuan yang dimiliki.
Dengan bekal pendidikan yang semakin tinggi
akan membuka kemungkinan untuk meningkatkan
kedudukan atau jabatan dan pendapatan, karena
akan lebih mudah dalam mencari pekerjaan.
Lembaga pendidikan seperti sekolah, pada
umumnya merupakan saluran konkrit dari gerak
sosial yang vertikal. Bahkan sekolah-sekolah dapat
dianggap sebagai social elevator yang bergerak dari
kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke
kedudukan yang paling tinggi. Kadang-kadang
dijumpai keadaan di mana sekolah-sekolah
tertentu hanya dapat dimasuki oleh golongangolongan
masyarakat yang tertentu pula, misalnya
dari lapisan atas, atau dari suatu ras tertentu.
Sekolah-sekolah yang demikian bila dapat
dimasuki oleh lapisan yang rendah, maka dia
akan menjadi saluran gerak sosial yang vertikal. Di
Indonesia, secara relatif dapat dilihat kedudukan
apa yang ditempati oleh mereka yang hanya tamat
Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Perguruan Tinggi,
dan seterusnya, walaupun kenyataan belum
menunjukkan adanya kedudukan yang sesuai
bagi mereka dalam hal-hal tertentu. Contohnya
sebuah perusahaan menerima pegawai 2 orang,
yang satu berpendidikan SMP dan yang satu SMA.
Tentu dalam penempatan pegawai akan terdapat
perbedaan. Orang yang lulus SMA mungkin akan ditempatkan sebagai staf administrasi, sedangkan yang lulusan SMP hanya
sebagai pesuruh. Tentunya gaji yang diperolehnya pun juga akan berbeda.
Peluang untuk meningkatkan karir akan lebih terbuka bagi yang lulusan
SMA. Jika pegawai yang lulusan SMA kemudian melanjutkan ke perguruan
tinggi maka tidak menutup kemungkinan akan membuka peluang karirnya
menjadi pimpinan perusahaan. Hal ini berarti akan meningkatkan status dan
juga penghasilannya. Sedangkan bagi pegawai yang hanya lulusan SMP, ia
tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Dengan demikian berarti ia
sulit untuk meningkatkan status sosialnya.
Sampai di sini, apakah Anda dapat memahami uraian tentang saluran
mobilitas sosial? Jika belum, coba Anda baca sekali lagi! Tetapi jika Anda sudah

dapat memahaminya, silahkan Anda melanjutkan ke materi berikutnya!

No comments:

Post a Comment

Hubungan Struktur Sosial dengan Mobilitas Sosial (MAKALAH SOSIOLOGI) KELAS 11

Hubungan Struktur Sosial dengan Mobilitas Sosial Dalam lapisan sosial kita mengenal adanya dua sifat lapisan masyarakat, yaitu lapisan...