Ø STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT
KOLONIEL BELANDA
1)
LATAR BELAKANG STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT
KOLONIAL BELANDA
Setelah
struktur sosial berubah, struktur masyarakat ikut berubah dengan muncul
koloniel yang mirip dengan sistem kasta yaitu keanggotaan masyarakat. Pada awalnya
orang belanda datang ke Indonesia bukan untuk menjajah melainkan untuk berdagang
, mereka di motifasi oleh hasrat untuk
mengeruk keuntungan sebesarnya dari rempah-rempah yang ada di Indonesia. Mereka
membuat kantor dagang , dan dipersenjatai menjadi benteng. Masyarakat Indonesia pada masa Kolonial Eropa dibedakan dalam
beberapa golongan atau garis warna. Garis warna atau perbedaan warna kulit pada
tanah jajahan sangat ketat diberlakukan oleh Kolonial Eropa. Pemerintah
Kolonial Belanda umpamanya membagi golongan sosial di Indonesia berdasarkan
kepada hukum dan keturunan atau status sosial. orang-orang belanda dianggap
sebagai ras
tertinggi, kedua orang-orang Indo (turunan pribumi dan Eropa),
ketiga orang-orang keturunan Timur Asing (Cina), dan terakhir orang-orang
pribumi (Indonesia). Posisi Indonesia yang berada pada urutan paling bawah
masih juga dibedakan. Kedudukan seseorang pribumi tersebut dalam
perkembangannya dibedakan pada aspek keturunan, pekerjaan, dan pendidikan.
Pembagian kelas tersebut sebenarnya untuk menunjukan pada kaum pribumi bahwa
bangsa kulit putih kedudukannya jauh lebih tinggi dari kulit berwarna. Golongan
bangsawan (aristokrat) merupakan golongan tertinggi dari stratifikasi sosial
yang diberlakukan oleh Kolonial Eropa. Aristokrat ialah golongan dari orang
ningrat. Adapun orang yang termasuk orang ningrat ini ialah Raja/Sultan dan
keturunannya, para pejabat kerajaan, dan pejabat pribumi dalam pemerintahan
kolonial.
3)
DASAR PENENTU STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT
KOLONIAL BELANDA
Keanggotaan
masyarakat ditentukan oleh kelahiran dan srtatifikasi sosial di tentukan oleh
ras. pemerintah kolonial membentuk voolksraad atau dewan rakyat. Voolksraad
berfungsi sebagai penasihat yang tidak memiliki kekuasaan untuk merancang
anggaran dan membuat undang-undang. Voolksraad belum mampu mendorong
demokratisasi karena komposisi keanggotaan masih didominasi Belanda, sistem
pemilihan tidak dilakukan secara langsung, dan hak pilih rakyat dibatasi.
Kebijakan pendidikan dan politik tersebut menunjukkan bahwa pemerintah kolonial
tidak berkehendak membangun kesetaraan dan otonomi politik bagi penduduk
Indonesia.
4)
CARA MEMPEROLEH STATUS
Kaum
pelajar pribumi mempunyai kesempatan terbatas untuk memasuki sekolah berstandar
dan sekolah dengan pengajar bahasa belanda. Apabila berhasil dari sekolah tersebut akan memilki
status terhormat di masyarakat dan hidup dengan gaya hidup priyayi. Sedangkan yang
tidak memilih bekerja , di kemudian hari banyakyang menjadi tokoh-tokoh
pergerakan nasional.
5) SIFAT
STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA
Stratifikasi
sosial tertutup yaitu terdapat pembatasan kemungkinan seseorang untuk dari satu
lapisan ke lapisan yang lain. Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana
anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada
mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horisontal saja. Stratifikasi
sosial bersifat tertutup terdapat pada masyarakat berkasta dan masyarakat
feodal.
6) PROSESM
TERJADINYA STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA
Dengan
cara sengaja disusun . Terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama Biasanya
dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam
organisasi-organisasi formal, seperti : pemerintahan, partai politik,
perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata. kolonial belanda memonopoli
politik masyarakat Indonesia.
7) SISTEM
KEPEMIMPINAN MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA
Kolonial Eropa masuk ke Indonesia, Raja/Sultan ialah orang
tertinggi dalam golongan sosial masyarakat. Nama raja dari masing-masing
kerajaan di setiap daerah di Indonesia berbeda-beda. Ada yang bergelar
Pangeran, Sultan, Adipati, Senopati, Panembahan, Sunan, Susuhunan, Karaeng,
Batara, Arong, Kelano, dan masih banyak lagi gelar lainnya. Raja tinggal di
Istana atau keraton. Di tempat ini tinggal juga keluarga raja/sultan. Mereka
itu bisa benar-benar keturunan raja atau orang-orang yang telah diangkat
sebagai keluarga raja karena telah berjasa pada kerajaan. Raja yang berkuasa
biasanya turun-temurun, dari ayah kepada anak atau cucu. Namun ada juga yang
menjadi raja di luar keluarga kerajaan. Hal tersebut umpamanya disebabkan oleh
adanya perebutan kekuasaan atau pengambilalihan kekuasaan. Setelah Kolonial Eropa masuk ke Indonesia, banyak raja atau
sultan ditundukan oleh mereka. Kedudukan raja berada di bawah Kolonial Eropa.
Simbol kerajaan/kesultanan ada yang tetap dipertahankan dan ada juga yang
dihapuskan. Raja yang berkuasa nantinya diangkat sebagai pegawai negeri, misal
menjadi Bupati yang mengabdi pada pemerintah kolonial. Golongan aristokrat lainnya adalah golongan elite. Golongan
elite merupakan golongan terbaik atau pilihan dalam kelompok masyarakat. Mereka
dipandang status sosial yang tinggi sesuai dengan kedudukan atau pekerjaannya.
Orang-orang yang termasuk golongan elite ini ialah para pejabat yang membantu
pemerintahan kerajaan/kesultanan, misal mangkubumi, patih, perdana menteri, dan
hulubalang. Pejabat-pejabat ini sebenarnya kawula (abdi) negara atau raja
sehingga mereka bekerja untuk kepentingan raja. Mereka juga menjadi penghubung
antara raja dan rakyatnya.
8) SISTEM
KEPERCAYAAN MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA
Kepercayaan
mengandung segala keyakinan manusia tentang Tuhan, alam ghaib, segalai nilai,
norma dan ajaran dari agama yang bersangkutan. Masyarakat Indonesia mayoritas
memeluk agama islam, kegiatan keagamaan di kontrol dan di batasi oleh
pemerintah kolonial belanda.
9) SISTEM
PENGETAHUAN MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA
Pada
masa kolonial terdapat empat kategori sekolah, yaitu sekolah Eropa, sekolah
bagi pribumi dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, sekolah pribumi
dengan pengantar bahasa daerah, dan sekolah dengan sistem pribumi. Perkembangan
ekonomi Indonesia pada masa colonial Belanda ini mempengaruhi berbagai segi
kehidupan rakyat Indonesia. Kondisi ini, antara lain mempengaruhi sector
perdagangan, pertanian,perikanan, industri, infrastruktur,dan taraf hidup rakyat
secara umum. Perkembangan perekonomian yang semakin pesat telah mendorong
pemerintah Belanda untuk membangun sarana infrastruktur di Indonesia.
Pembangunan jalan, rel kereta api,bendungan system irigasi, serta pusat
pembangkit listrik dimaksudkan untuk memperlancar prose industrialisasi yang
sedang berjalan. Namun, perkembangan ekonomi selama masa colonial belanda ini
tidak membawa pengaruh berarti dalam perbaikan taraf hidup rakyat Indonesia.
Berbagai kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah belanda, ternyata tidak
ditujukan demi kepentingan rakyat Indonesia. Berbagai kebijakan ekonomi yang
diterapakn Belanda hanyalah demi kepentingan dalam negeri Belanda sendiri.
10) KONSEKUENSI
TERHADAP PERKEMBANGAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA
·
PENGARUH POSITIF
ü Perkembangan perekonomian yang pesat
ü pemerintah Belanda membangun
sarana infrastruktur di Indonesia
ü
Adanya budaya colonial belanda
ü
Pendidikan tinggi bagi kaum bangsawan
·
PENGARUH NEGATIF
ü
Di bidang politik, pemerintah kolonial sangat
otokratis dan menerapkan sentralisasi dengan birokrasi yang ketat.
ü
Kaum pelajar pribumi mempunyai kesempatan
terbatas untuk memasuki sekolah.
ü Kedatang belanda ke indonesia, srtatifikasi masyarakat
indonesia pun mengalami perubahan.
ü
Kesengsaraan masyarakat
kalangan bawah
No comments:
Post a Comment