Saturday, 26 October 2013

STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT KOLONIEL BELANDA



Ø  STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT KOLONIEL BELANDA

1)      LATAR BELAKANG STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA
Setelah struktur sosial berubah, struktur masyarakat ikut berubah dengan muncul koloniel yang mirip dengan sistem kasta yaitu keanggotaan masyarakat. Pada awalnya orang belanda datang ke Indonesia bukan untuk menjajah melainkan untuk berdagang , mereka di motifasi  oleh hasrat untuk mengeruk keuntungan sebesarnya dari rempah-rempah yang ada di Indonesia. Mereka membuat kantor dagang , dan dipersenjatai menjadi benteng. Masyarakat Indonesia pada masa Kolonial Eropa dibedakan dalam beberapa golongan atau garis warna. Garis warna atau perbedaan warna kulit pada tanah jajahan sangat ketat diberlakukan oleh Kolonial Eropa. Pemerintah Kolonial Belanda umpamanya membagi golongan sosial di Indonesia berdasarkan kepada hukum dan keturunan atau status sosial. orang-orang belanda dianggap sebagai ras
tertinggi, kedua orang-orang Indo (turunan pribumi dan Eropa), ketiga orang-orang keturunan Timur Asing (Cina), dan terakhir orang-orang pribumi (Indonesia). Posisi Indonesia yang berada pada urutan paling bawah masih juga dibedakan. Kedudukan seseorang pribumi tersebut dalam perkembangannya dibedakan pada aspek keturunan, pekerjaan, dan pendidikan. Pembagian kelas tersebut sebenarnya untuk menunjukan pada kaum pribumi bahwa bangsa kulit putih kedudukannya jauh lebih tinggi dari kulit berwarna. Golongan bangsawan (aristokrat) merupakan golongan tertinggi dari stratifikasi sosial yang diberlakukan oleh Kolonial Eropa. Aristokrat ialah golongan dari orang ningrat. Adapun orang yang termasuk orang ningrat ini ialah Raja/Sultan dan keturunannya, para pejabat kerajaan, dan pejabat pribumi dalam pemerintahan kolonial.


3)      DASAR PENENTU STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA

Keanggotaan masyarakat ditentukan oleh kelahiran dan srtatifikasi sosial di tentukan oleh ras. pemerintah kolonial membentuk voolksraad atau dewan rakyat. Voolksraad berfungsi sebagai penasihat yang tidak memiliki kekuasaan untuk merancang anggaran dan membuat undang-undang. Voolksraad belum mampu mendorong demokratisasi karena komposisi keanggotaan masih didominasi Belanda, sistem pemilihan tidak dilakukan secara langsung, dan hak pilih rakyat dibatasi. Kebijakan pendidikan dan politik tersebut menunjukkan bahwa pemerintah kolonial tidak berkehendak membangun kesetaraan dan otonomi politik bagi penduduk Indonesia.

4)      CARA MEMPEROLEH STATUS

Kaum pelajar pribumi mempunyai kesempatan terbatas untuk memasuki sekolah berstandar dan sekolah dengan pengajar bahasa belanda. Apabila  berhasil dari sekolah tersebut akan memilki status terhormat di masyarakat dan hidup dengan gaya hidup priyayi. Sedangkan yang tidak memilih bekerja , di kemudian hari banyakyang menjadi tokoh-tokoh pergerakan nasional.

5)      SIFAT STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA

Stratifikasi sosial tertutup yaitu terdapat pembatasan kemungkinan seseorang untuk dari satu lapisan ke lapisan yang lain. Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horisontal saja. Stratifikasi sosial bersifat tertutup terdapat pada masyarakat berkasta dan masyarakat feodal.

6)      PROSESM TERJADINYA STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA

Dengan cara sengaja disusun . Terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama Biasanya dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti : pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata. kolonial belanda memonopoli politik masyarakat Indonesia.


7)      SISTEM KEPEMIMPINAN MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA
Kolonial Eropa masuk ke Indonesia, Raja/Sultan ialah orang tertinggi dalam golongan sosial masyarakat. Nama raja dari masing-masing kerajaan di setiap daerah di Indonesia berbeda-beda. Ada yang bergelar Pangeran, Sultan, Adipati, Senopati, Panembahan, Sunan, Susuhunan, Karaeng, Batara, Arong, Kelano, dan masih banyak lagi gelar lainnya. Raja tinggal di Istana atau keraton. Di tempat ini tinggal juga keluarga raja/sultan. Mereka itu bisa benar-benar keturunan raja atau orang-orang yang telah diangkat sebagai keluarga raja karena telah berjasa pada kerajaan. Raja yang berkuasa biasanya turun-temurun, dari ayah kepada anak atau cucu. Namun ada juga yang menjadi raja di luar keluarga kerajaan. Hal tersebut umpamanya disebabkan oleh adanya perebutan kekuasaan atau pengambilalihan kekuasaan. Setelah Kolonial Eropa masuk ke Indonesia, banyak raja atau sultan ditundukan oleh mereka. Kedudukan raja berada di bawah Kolonial Eropa. Simbol kerajaan/kesultanan ada yang tetap dipertahankan dan ada juga yang dihapuskan. Raja yang berkuasa nantinya diangkat sebagai pegawai negeri, misal menjadi Bupati yang mengabdi pada pemerintah kolonial. Golongan aristokrat lainnya adalah golongan elite. Golongan elite merupakan golongan terbaik atau pilihan dalam kelompok masyarakat. Mereka dipandang status sosial yang tinggi sesuai dengan kedudukan atau pekerjaannya. Orang-orang yang termasuk golongan elite ini ialah para pejabat yang membantu pemerintahan kerajaan/kesultanan, misal mangkubumi, patih, perdana menteri, dan hulubalang. Pejabat-pejabat ini sebenarnya kawula (abdi) negara atau raja sehingga mereka bekerja untuk kepentingan raja. Mereka juga menjadi penghubung antara raja dan rakyatnya.
8)      SISTEM KEPERCAYAAN MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA
Kepercayaan mengandung segala keyakinan manusia tentang Tuhan, alam ghaib, segalai nilai, norma dan ajaran dari agama yang bersangkutan. Masyarakat Indonesia mayoritas memeluk agama islam, kegiatan keagamaan di kontrol dan di batasi oleh pemerintah kolonial belanda.
9)      SISTEM PENGETAHUAN MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA
Pada masa kolonial terdapat empat kategori sekolah, yaitu sekolah Eropa, sekolah bagi pribumi dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar, sekolah pribumi dengan pengantar bahasa daerah, dan sekolah dengan sistem pribumi. Perkembangan ekonomi Indonesia pada masa colonial Belanda ini mempengaruhi berbagai segi kehidupan rakyat Indonesia. Kondisi ini, antara lain mempengaruhi sector perdagangan, pertanian,perikanan, industri, infrastruktur,dan taraf hidup rakyat secara umum. Perkembangan perekonomian yang semakin pesat telah mendorong pemerintah Belanda untuk membangun sarana infrastruktur di Indonesia. Pembangunan jalan, rel kereta api,bendungan system irigasi, serta pusat pembangkit listrik dimaksudkan untuk memperlancar prose industrialisasi yang sedang berjalan. Namun, perkembangan ekonomi selama masa colonial belanda ini tidak membawa pengaruh berarti dalam perbaikan taraf hidup rakyat Indonesia. Berbagai kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah belanda, ternyata tidak ditujukan demi kepentingan rakyat Indonesia. Berbagai kebijakan ekonomi yang diterapakn Belanda hanyalah demi kepentingan dalam negeri Belanda sendiri.
10)   KONSEKUENSI TERHADAP PERKEMBANGAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT KOLONIAL BELANDA

·         PENGARUH POSITIF
ü  Perkembangan perekonomian yang  pesat
ü   pemerintah Belanda membangun sarana infrastruktur di Indonesia
ü  Adanya budaya colonial belanda
ü  Pendidikan tinggi bagi  kaum bangsawan

·         PENGARUH NEGATIF
ü  Di bidang politik, pemerintah kolonial sangat otokratis dan menerapkan sentralisasi dengan birokrasi yang ketat.
ü  Kaum pelajar pribumi mempunyai kesempatan terbatas untuk memasuki sekolah.
ü  Kedatang belanda ke indonesia, srtatifikasi masyarakat indonesia pun mengalami perubahan.
ü  Kesengsaraan masyarakat kalangan bawah

No comments:

Post a Comment

Hubungan Struktur Sosial dengan Mobilitas Sosial (MAKALAH SOSIOLOGI) KELAS 11

Hubungan Struktur Sosial dengan Mobilitas Sosial Dalam lapisan sosial kita mengenal adanya dua sifat lapisan masyarakat, yaitu lapisan...